Planet Ekstrasolar Termuda
Sekelompok astronom dari Max Planck Institute for Astronomy (MPIA) di Heidelberg, Jerman, dibawah pimpinan astronom asal Indonesia, Johny Setiawan, berhasil menemukan sistem yang diyakini merupakan planet ekstrasolar (eksoplanet) termuda yang pernah dikenal. Sistem yang baru ditemukan tersebut mengitari bintang muda yang masih dikelilingi oleh piringan gas dan debu yang baru saja membentuk dirinya.
Penemuan tersebut dicapai dengan memanfaatkan metode variasi kecepatan radial. Metode ini mendeteksi perubahan kecepatan gaya gravitasi dari eksoplanet (yang tak terlihat) saat ia mengorbit bintang induknya. Tim astronom dari MPIA telah memonitor variasi kecepatan radial dari sekitar 200 bintang dalam pencarian sistem ekstrasolar. Salah satu diantaranya adalah bintang TW Hydrae, yang berusia 8 – 10 juta tahun (sekitar 1/500 umur Matahari). Sama seperti bintang yang masih muda, TW Hydrae juga masih dikelilingi piringan debu dan gas antar bintang, yang diyakini sebagai tempat lahirnya planet-planet.Tim ini berhasil menemukan planet yang mengorbit bintang TW Hydrae di bagian dalam piringan tersebut. Menurut Johnny, planet tersebut ditemukan saat mereka memantau kecepatan radial TW Hydrae. Saat itu mereka mendeteksi adanya variasi periodik yang bukan ditimbulkan oleh aktivitas bintang, namun mengarah pada keberadaan planet. Deteksi dilakukan dengan menggunakan spektograf FEROS pada teleskop 2,2 meter milik Max-Planck Institute dan ESO di La Silla, Chille.
Planet yang baru ditemukan tersebut cukup masif dengan massa sekitar 10 kali massa Jupiter, dan mengelilingi bintang induknya hanya dalam waktu 3,56 hari pada jarak 6 juta km, atau sekitar 4% dari jarak Bumi-Matahari.
Kesan artis tentang TW-Hydrae b — planet gas raksasa yang mengorbit bintang induk didalam cakram gas dan debu yang melingkupi bintang. (Gambar: Max Planck Institute for Astronomy)
Jika didasarkan pada studi statistik, masa hidup piringan antar bintang rata-rata sekitar 10 – 30 juta tahun. Ini menunjukan, kalau waktu maksimum yang tersedia untuk terbentuknya planet di dalam piringan hanya sampai 30 juta tahun. Dengan demikian TW Hydra b, planet gas yang 10 kali lebih masif dari jupiter tersebut, terbentuk dalam waktu yang sangat singkat, hanya pada kisaran 8 – 10 juta tahun.
Teori yang diyakini selama ini menyatakan bahwa planet-planet terbentuk dari gas dan debu dalam sebuah cakram yang berputar pendek setelah kelahiran sebuah bintang. Namun proses pembentukannya sendiri masih belum sepenuhnya dipahami oleh para astronom. Penemuan TW Hydrae b akan memberi informasi penting dalam hal waktu pembentukan planet, dan memberikan kunci penting dalam memahami bagaimana dan dimana planet terbentuk.
“Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet ekstrasolar. Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet,” demikian diungkapkan Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.
Para peneliti di MPIA saat ini juga tengah mengembangkan instrumen generasi baru untuk mendeteksi planet ekstrasolar dengan teknik lainnya, seperti direct imaging, pengukuran gerak refleks yang sangat halus dari bintang pada bidang langit (astrometri), maupun untuk transit fotometri. Diharapkan di masa depan intrumen ini dapat mendeteksi planet-planet yang tidak dapat terdeteksi oleh metode kecepatan radial.